Tahukah Kamu Kenapa Perayaan Tahun Baru Masehi Dilarang Dalam Islam? Yuk Intip

 - Setiap tanggal 1 Januari semua orang diseluruh pelosok dunia mempunyai tradisi untuk merayakan pergantian tahun dan menunggu hingga di detik - detik terakhir hingga jam menunjukkan pukul 00.00 yang mengambarkan dimulainya tanggal 1 Januari. Beragam perayaan yang dilakukan oleh semua kalangan ada yang meniupkan terompet, pesta kembang api, pertunjukkan musik, pesta pora dengan aneka macam macam jadwal yang seluruh daerah hingga dipajangnya kata - kata "Selamat Tahun Baru" (Happy New Year) dan sebagainya.

Tahukah Kamu Kenapa Perayaan Tahun Baru Masehi Dilarang Dalam Islam
Perayaan tahun gres masehi tidak pernah lupa dirayakan oleh banyak orang termasuk umat islam, padahal dengan terang Islam melarang dengan keras perayaan tahun gres masehi. Walaupun masih banyak umat muslim yang merayakannya alasannya belum tahu asal permintaan sejarah perayaan tahun gres masehi tersebut.

Saking girangnya dengan perayaan tahun baru, banyak juga orang yang rela menghamburkan uangnya hanya untuk membuat pesta yang tidak ada artinya. Khusus untuk umat muslim, kau harus baca artikel ini biar tahu bagaimana asal permintaan perayaan tahun gres masehi ini. Karena dengan terang budaya ini diciptakan oleh serangkaian budaya orang - orang kafir pada masa kerajaan romawi. Apa asal muasal sejarah perayaan tahun gres tersebut, simak aja selengkapnya.


Asal Usul dan Sejarah Perayaan Tahun Baru Masehi

Tahun gres masehi pertama dirayakan pada tanggal 1 Januari SM (Sebelum Masehi). Tidak lama setelah Julius Caesar menjabat sebagai dan dinobatkan sebagai raja gres kerajaan Romawi. Dirinya memutuskan untuk mengganti sistem penanggalan pada kurun ke-7 SM. Dalam membuat design gres tanggal tersebut ia dibantu oleh Sosigenes spesialis astronomi dari Iskkitariyah yang menyarankan semoga penanggalan gres itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.

Satu tahun dalam penanggalan gres itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan semoga setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis mampu menghindari penyimpangan dalam kalender gres ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, ia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.


Makna Tradisi Perayaan Tahun Baru Masehi

Saat ini, tahun gres 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun gres sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung semenjak bulan gres pada final September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.


Asal Mula Dirayakannya Tahun Baru Masehi

Seperti kita ketahui, tradisi perayaan tahun gres di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai penghormatan terhadap sang yang kuasa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling menunjukkan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling menunjukkan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, yang kuasa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama yang kuasa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang). 

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, kalau mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang secara umum dikuasai menghuni belahan benua Eropa, tahun gres masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Katolik sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Yunani, buah delima yang menurut orang Yunani melambangkan kesuburan dan kesuksesan ditebarkan di pintu rumah, kantor dan toko toko sebagai simbol doa untuk menerima kemakmuran sepanjang tahun.
Italia, disalah satu kotanya, tepatnya Naples, pada pukul 00 sempurna pada malam pergantian tahun, masyarakat disana akan membuang barang barang yang sudah usang dan tidak terpakai di jalanan. 
Spanyol, masyarakat Spanyol sempurna pada malam pergantian tahun akan memakan anggur sebanyak 12 biji, jumlah yang hanya 12 melambangkan keinginan selama 12 bulan kedepan. 

Jepang, di Jepang, masyarakat disana merayakan tahun barunya dengan memakan 3 jenis makanan sebagai simbol yaitu telur ikan melambangkan kemakmuran, ikan sarden asap melambangkan kesuburan tanah dan manisan dari tumbuhan laut yang melambangkan perayaan. 

Korea, pada malam pergantian tahun masyarakat disana menikmati kaldu daging sapi yang dicampur dengan potongan telur dadar dan kerupuk nasi atau yang biasa disebut thuck gook.

Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba football Amerika Rose Bowl dilangsungkan di California; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. 

Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton jadwal televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul.

Pada ketika lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang meneriakkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne. Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Perayaan tahun gres Masehi biasanya dirayakan sangat meriah bahkan ada yang sengaja melupakan sejenak problem hidup yang berat untuk sekedar merayakan pergantian tahun: old and new. Tradisi yang dilakukan selalu rutin: meniup terompet dan menyalakan kembang api pada ketika detik jarum jam sempurna di angka 12 atau pada jam digital menunjukkan kombinasi angka “00.00”.


Perayaan Tahun Baru Masehi Bukan Budaya Islam

Pada setiap hari perpindahan tahun kita akan menyaksikan perayaan besar, perayaan yang dilangsungkan secara massif oleh masyarakat di seluruh dunia. Ya, itulah perayaan tahun gres yang secara rutin disambut dan dimeriahkan dengan aneka macam jadwal dan kemeriahan.


Sejarah Perayaan Tahun Baru Masehi

Perayaan tahun gres masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali jadwal tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.

Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang yang kuasa yang berjulukan Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings.

Janus ialah seorang yang kuasa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité),hal. 399-400)

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun gres sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun gres masehi, pertama kali dirayakan oleh orang Romawi.

Acara ini terus dirayakan oleh masyarakat modern cukup umur ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan ialah latar belakang diadakannya jadwal ini. Mereka menyemarakkan hari ini dengan aneka macam macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.


Larangan Islam Tentang Perayaan Tahun Baru Masehi

Turut merayakan tahun gres statusnya sama dengan merayakan hari raya orang non muslim. Dan ini hukumnya terlarang. Di antara alasan statement ini adalah:

Pertama, turut merayakan tahun gres sama dengan memalsukan kebiasaan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk memalsukan kebiasaan orang non muslim. Beliau bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم
“Siapa yang memalsukan kebiasaan satu kaum maka ia termasuk bab dari kaum tersebut.” (Hadis shahih riwayat Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan,
من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجاناتهم وتشبه بهم حتى يموت خسر في يوم القيامة
“Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan memalsukan kebiasaan mereka, hingga mati maka ia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Kedua, mengikuti hari raya mereka termasuk bentuk loyalitas dan menampakkan rasa cinta kepada mereka. Padahal Tuhan melarang kita untuk mengakibatkan mereka sebagai kekasih (baca: menunjukkan loyalitas) dan menampakkan cinta kasih kepada mereka. Tuhan berfirman,
يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء تلقون إليهم بالمودة وقد كفروا بما جاءكم من الحق …
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kau sampaikan kepada mereka (rahasia), alasannya rasa kasih sayang; padahal gotong royong mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..” (QS. Al-Mumtahanan: 1)

Ketiga, Hari raya merupakan bab dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,

قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر
“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Tuhan telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).
Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut ialah perayaan orang non muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Tuhan berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.

Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang non muslim, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, alasannya termasuk turut mensukseskan jadwal mereka.

Keempat, Tuhan berfirman menceritakan keadaan ‘ibadur rahman (hamba Tuhan yang pilihan),

و الذين لا يشهدون الزور …
“Dan orang-orang yang tidak turut dalam acara az-Zuur…”
Sebagian ulama menafsirkan kata ‘az-Zuur’ pada ayat di atas dengan hari raya orang non muslim. Artinya berlaku sebaliknya, kalau ada orang yang turut melibatkan dirinya dalam hari raya orang non muslim berarti ia bukan orang baik dalam agamanya.

Demikian pembahasan mengenai asal muasal dilarangnya perayaan tahun gres dalam islam semoga menjadi pelajaran bagi kita semoga tidak mencontoh nilai - nilai budaya non muslim yang menyesatkan. Wallahu a'lam

Previous
Next Post »