Disaat Kafir Bergejolak Untuk Menghancurkan Islam Yang Kian Retak

 - Jika kita melihat pada zaman sekarang ini, dari belahan dunia manapun islam tak lagi dianggap ada oleh kaum lain, dijadikan musuh walaupun tak pernah mencari masalah, fitnah dan cacian selalu terselubung diantaranya. Banyak saudara kita yang seiman hanya membisu dengan apa yang telah dilakukan oleh para kaum yang sangat zalim itu ibarat membunuh dan menuluh lantakkan permukiman, kawasan ibadah dan para ulama dan kaum muslim dimusnahkan.

Disaat Kafir Bergejolak Untuk Menghancurkan Islam Yang Kian Retak -
Animasi tersebut menandakan bahwa bagaimana Yahudi membombardir kaum Islam di Gaza sedangkan para petinggi arab seolah menoleh kearah lain, dan tak pernah memperdulikan hal tersebut.

Disaat kafir bersatu berupaya membinasakan islam, kaum muslim hanya membisu dan selalu tersendat dikala bersuara. Islam tak lagi menjadi sebuah kelompok yang besar dan bersatu, tak lagi saling melihat dan bergenggaman tangan, bahkan di zaman yang hampir menemukan selesai dunia ini islam semakin retak yang telah rusaki dari dalam dan luar dengan adanya perbedaan pendapat dalam hukum syariat, keluarnya anutan baru, penghancuran aqidah, dan termasuk pembunuhan terhadap Tokoh - tokoh yang sangat berkaitan dengan Islam.

Dari Animasi diatas dapat kita lihat bagaimana kaum muslim dipalestina dianiaya dan dibunuh secara brutal oleh kaum zionis israel, yahudi, nasrani dan bahkan dari kelompok islam yang sesatpun ibarat kaum syiah dan wahabi mereka bersatu menghancurkan islam dan berupaya menghapuskan hukum islam dari dunia yang fana ini. Terlihat pula pada gambar seorang dari syekh berpaling muka menghadap kebelakang mampu diartikan banyak kaum muslim dari liga arab seolah menutup mata dan pendengaran rapat - rapat alasannya tidak berani beradu argumen dengan bangsa barat. 

Semua kejadian pada kiamat ini telah dulu diketahui oleh Rasulullah dan tergambarkan dalam hadistnya. Beliau Bersabda :

Hampir tiba di suatu masa dimana banyak sekali kaum mengepung kalian (kaum muslim), bagaikan orang yang mengerumuni hidangan mereka dengan rasa lapar. "Seorang dari sobat Nabi kemudian bertanya "Apakah alasannya jumlah kami sangat sedikit pada masa itu? " Nabi Kemudian menjawab "Tidak, bahkan kami pada ketika itu sangat banyak tetapi bagaikan laksana buih dari air yang mengalir dan Tuhan Swt akan menghilangkan rasa takut dari kalian dari hati musuh - musuh kalian, Dan Tuhan Swt akan mencabut penyakit Al - Wahnu" kemudian Sahabat kembali bertanya " Apakah itu al-wahnu ya rasulullah?" dia kembali menjawab "Cinta Dunia dan Takut Mati."
Memang apa yang disabdakan Rasulullah SAW sangat terang terlihat pada ketika ini, sudah saatnya kita sebagai umat islam patut merenungkan makna dari hadist tersebut. Umat islam memang sekarang masih banyak, namun apadaya tidak ada harganya alasannya tidak ada lagi rasa kasih sayang dan persaudaraan diantaranya serta mulai terpecah belah dengan perbedaan anutan yang banyak menyesat sebagian umat dari kita. Islam selalu di babak belurkan oleh banyak sekali kaum, tidak anggap lagi sebagai kekuatan yang besar, mereka yang mengepung untuk menghancurkan islam bagaikan binatang yang ingin sekali menyantap mangsanya dengan air liur yang melelh keluar dari mulutnya.

Kejadian yang telah digambarkan Nabi Muhammad SAW membuat sahabatnya bertanya - tanya bagaimana umat Islam yang pada ketika itu masih banyak selalu terkepung dan babak belur dihajar oleh banyak sekali kaum sehingga lemah dan tak berdaya. Nabi kembali menjawab "Umat Islam pada ketika itu ibarat buih dari air yang mengalir, meskipun mereka banyak tapi tidak ada gunanya alasannya buih selalu mengikuti kemanapun air mengalir."

Dari situlah umat islam menjadi umat yang dihinakan oleh mereka selalu menjadi materi lelucon, materi tertawaan atas penderitaan yang kita alami, kemudian hal itu dijadikan bagi pihak yang dendam terhadap islam untuk melecehkan, dan membuat islam menjadi materi bulian dan sangat hina.
Rasulullah kemudian menjelaskan kepada sahabatnya bekerjsama hal yang menjadi dilema bagi umat islam yaitu penyakit al-wahnu (Cinta dunia dan takut mati) sehingga enggan untuk membela saudaranya didalam peperangan antar agama dan menyerah sembari membisu tak bersuara.

Kita dapat membayangkan sendiri dengan kebenaran sabda Rasulullah Saw disaat islam yang ketika ini memiliki penduduk muslim lebh dari 200 juta jiwa takluk dari kedigdayaan kaum yahudi yang memiliki penduduk tidak lebih dari 15 juta jiwa, bagaimana perbandingannya dapatkah anda bayangkan sendiri hasilnya?.

Yahudi memang memiliki kekuasaan yang sangat besar didunia pada ketika ini, untuk itulah kaum yang sedikit namun sangat biadab ini memamfaatkannya untuk kaum muslimin yang tidak bersalah, membuat kaum muslim tidak mampu melawan terhadapnya, membuat mereka buruk dimata dunia dengan memfitnah sebagai teroris, meskpiun ada pengadilan internasional ibarat PBB dan lainnya. Namun mereka para kaum yang kafir masih kuat besar dalam organisasi tersebut sehingga mereka seakan membisu terhadap hal yang terjadi diluar batas ini.

Israel yang sangat nyaman menikmati santunan dari sekutu dan Amerika menjadi bintang film utamanya. Selain itu ada kaum kristen - zionis yang mempercayai kejayaan dan kedigdayaan zionis sebagai syarat sebelum datangnya yesus untuk yang kedua kalinya. Walaupun sangat terlihat penindasan yang dilakukan Benjamin Netanyahu sebagai pemimpin para Zionis masih tertutupi dengan baik oleh media international yang menghilangkan pemberitahuan tentangnya dan menggantikan informasi mengenai sekelompok orang yang membela islam sebagai pelaku teroris diseluruh dunia. Umat islam memang sangat tidak nyaman dan mencicipi hal ini, namun bagaikan seekor borong yang tidak mampu keluar dari kandangnya. Hanya mampu bengong dan tidak melaksanakan upaya apapun dalam membantu sesama kaum seagamanya.

Sehingga mereka dapat mengambil kesimpulan sendiri dan mengatakan pada dunia dengan opininya yang salah ialah kaum radikal sedangkan kaum liberal selalu benar. Umat islam dipaksakan untuk memahami liberal dan menghilangkan radikal, membuat tata perencanaan yang baru. Memang terdengar di oleh dunia bahwa Islam di Indonesia lebih baik dari Arab dari segi toleransi bersifat hening dan beraqidah. Namun setelah terdengar kabar yang mengejutkan dari fakta yang berdasarkan survei yang dilakukan  bahwa Indonesia ialah negara islam yang tidak bertoleransi, alasannya banyaknya rakyat yang terpengaruh dengan anutan sesat dan semakin banyak muncul dan berkembangnya anutan -aliran baru. Seperti bayi yang mendapatkan suapan apa saja dari ibunya. Indonesia seakan terlena dengan banyak sekali hiburan yang berbudaya barat dan mengumbar aurat, melecehkan norma dan logika sehat, terus menerus menjadi tayangan terutama dilayar kaca, semua diupayakan semoga dapat dibubuhi nilai budaya barat yang menjadi terlanjur bebas. Paham liberalisme ekstrim yang membongkar nilai-nilai moral agama dan kesopanan pun bebas dijejalkan kepada masyarakat. Lalu, disela-sela tontonan yang memanjakan syahwat, diselipkan iklan perlunya bangsa Indonesua melaksanakan revolusi mental. Apa definisinya? Telan saja dulu.

Coba kita lihat dengan mata kepala kita yang telah diusap untuk yang kesekian kali, bagaimana keadaaan negeri kita tercinta ini, para pendalam politik selalu mengatas namakan diri sebagai seseorang yang patriotisme dan pembela bangsa, namun mampu kita lihat dalam memecahkan dilema dalam rapat pun mereka hingga melemparkan sepatu kesayangannya kemuka lawan yang berbeda pendapat dengannya? apakah mereka masih punya malu, rasa sebagai seorang insan yang mempunyai otak dan peraturan apakah mereka tidak punya muka ? malam beranggap kalem setelah apa yang telah diperbuat dan dilihat oleh rakyat dan diliput oleh media.

Rakyat diajari para elite bangsa untuk terus-menerus terlibat dalam pelestarian dendam dan kebencian. Rasa kasih sayang pada sesama perlahan-lahan sirna bersamaan dengan merusaknya kebebasan saling caci di media sosial. Mungkin, kondisi umat Islam ketika ini mampu diumpamakan laksana seorang musafir yang dirampas harta bendanya dan dilucuti pakaiannya. Yang tersisa tinggal celana kolor,  jiwa, pemikiran, dan keimanannya. Si musafir masih bersyukur, ada yang tersisa. Tapi, si perampas masih tidak puas. Pikiran dan jiwanya pun hendak dilucuti pula. Ia tidak boleh lagi berpikir dan meyakini bahwa agamanya sendiri yang benar. Dengan mudahnya ia mendapat julukan garis keras, fundamentalis, radikal, intoleran, dan sebagainya. Bagi kaum kafir, iktikad dianggap tidak penting.


Previous
Next Post »