- Beberapa orang berdatangan untuk menghadiri program haul mengenang mangkatnya sultan aceh yang terakhir pada sabtu kemarin dan mereka sangat bersemangat untuk mendengarkan ceramah dan dongeng yang menjadi sejarah perihal ia yang telah menjadi tokoh yang terakhir yang menjaga kedaulatan tanah rencong. Dipaparkan oleh pengamat sejarah perihal tokoh yang benama lengkap Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah (1884 - 1903).
Kegiatan yang digelar oleh komunitas pegiat budaya dan pemerhati sejarah Aceh dihadiri oleh banyak kalangan menyerupai wartawan, sejarawan, seniman, pemerhati adat, dan tak lupa pula keturunan dari sultan Aceh. Kegiatan ini digelar bertujuan untuk memberitahu kepada masyarakat aceh perihal budaya Aceh pada masa kejayaan kesultanan dulu dan membangkitkan jati diri dan identitas Aceh yang bekerjsama kepada generasi muda yang ketika ini tidak lagi mengetahui bagaimana perkembangan aceh dari masa ke masa.
Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah ialah sosok yang telah berjasa dalam mempertahankan kedaulatan aceh pada masa itu dengan melawan penjajah belanda. Sampai ia rela mengorbankan diri dan keluarganya diculik dan dibuang oleh penjajah belanda ke negara lain yang jauh dari aceh. Dengan tujuan ingin memperkenalkan ia sebagai pahlawan aceh pada generasi kaula muda. Diharapkan biar mereka tahu bagaimana sepak terjang ia dalam memperjuangkan hak aceh dan sehingga mampu diakui sebagai jagoan nasional alasannya ialah kegigihannya dalam melawan belanda dan membantu membebaskan indonesia dari penjajah.
 | |
|
Kisah jasa pentingnya
Kita juga harus melihat sejarah ia yang sangat penting yaitu dengan berkeras diri tidak menyerahkan daerah aceh ke tangan belanda walaupun dibayar dengan banyak darah dan airmata. Aceh menjadi satu - satunya daerah yang tidak dikuasai oleh penjajah dan tidak pernah takluk dengan selalu adanya perlawanan dari daerah serambi mekkah. Aceh menjadi daerah yang paling krusial dalam terbentuk indonesia yang pada ketika itu ingin diakui oleh negara - negera lain menjadi negara yang bebas dan merdeka. Pada Konferensi Meja Bundar yang diadakan di Den Haag Belanda Sekutu negara kincir angin itu menanyakan dalam rapat aktivitas yang besar itu. "Wilayah manakah yang masih menjadi diyakini indonesia menjadi wilayah yang bebas dari penjajahan belanda. Maka pada ketika aceh tersebutlah aceh. Mendengar tanggapan tersebut akseptor dari negara - negara lain oke dan terbitlah keputusan bahwa indonesia telah diakui sebagai negara yang merdeka
Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah menghabiskan riwayatnya dalam tawanan semenjak diculik dan dibuang oleh belanda. Beliau mangkat pada 6 Februari 1939 di Batavia (Jakarta), dan dimakamkan di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta. Dia merupakan putra Tuanku Cut Zainal Abidin, atau cucu Sultan Alaidin Mansursyah (1857-1870), pemimpin ke-33 Kerajaan Aceh Darussalam.
Banyak pengamat sejarah menilai bahwa Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah ialah sultan yang paling banyak mendapatkan cobaan, alasannya ialah pada ketika pemerintahan dipimpin olehnya Aceh berada di dalam darurat konflik alasannya ialah belanda sedang melanjutkan perjuangan pengambilan aceh dari kedaulatannya. Beliau tidak sedikitpun mendapat ketenangan dari dibuang belanda ke negera lain hingga ia tutup usia di dalam tawanan belanda. Tetapi ia tetap bersikukuh tidak menyerahkan tanah kelahirannya kepada penjajah.
kerajaan di nusantara banyak yang takluk ke tangan Belanda, tapi Aceh tak pernah menyerahkan kedaulatannya semenjak maklumat perang Belanda terhadap Aceh dikeluarkan pada 1873. “VoC telah merampas 430 kerajaan kecil-kecil di nusantara selama 200 tahun.
Masa Kejayaan Kerajaan Aceh
Setelah runtuhnya kerajaan pertama di tanah aceh yaitu Kerajaan Samudera pasai pada kurun 15 Masehi. Terbangunlah sebuah kerajaan gres yang berjulukan Kerajaan Aceh Darusalam yang dipimpin sultan yang pertama yaitu Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530). Puncak kejayaan kerajaan ini sewaktu dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda pada masa (1607 - 1636), kerajaan aceh yang telah memperluas daerah kepeminpinannya hingga ke daerah malaya dan di akui dunia sebagai salah satu dari 5 kerajaaan islam terkuat bersama kerajaan ottoman turki dan beberapa lainnya.
Awal mula Perjuangannya
Menurut sejarah yang diambil dari beberapa sumber, Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah telah diangkat menjadi sultan yang ke 35 pada masa kanak - kanak di usia 7 tahun, ia harus menggantikan Sultan Alaidin Mahmud Syah yang mangkat alasannya ialah terkena wabah penyakit kolera, pada 28 Januari 1874. Berapa tahun kemudian aceh menghadapi cobaan yang cukup besar, belanda mulai memasuki wilayah dalam upaya melaksanakan invansi terhadap kerajaan aceh, dan mereka berhasil menguasai Istana Kerajaan Aceh Darussalam yang berada di Banda Aceh. Hal ini memaksa pemerintahan aceh harus berpindah tempat ke Indrapuri yang menjadi objek sentra pemerintahannya. Tuanku Muhammad Daud Syah kemudian dikukuhkan sebagai Sultan Aceh dalam sebuah upacara kerajaan di Masjid Indrapuri, Aceh Besar, oleh Dewan Mangkubumi kerajaan yang dipimpin walinya sendiri, Tuanku Hasyim Banta Muda.
Tuanku Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah kemudian diangkat dan ditetapkan sebagai sultan pada upacara yang dilaksanakan di Mesjid Indrapuri - Aceh Besar yang dilakukan Dewan mangkubumi yaitu dewan yang dipimpin oleh walinya sendiri Tuanku Hasyim Banta Muda. Karena ia masih berada dalam masa aqil baligh, Sultan tidak dulu diberi kewenangan penuh, dia harus terlebih dahulu berguru menguasai ilmu perang dan bagaimana dalam mengatur pemerintahan. Untuk sementara kekuasaan penuh dipegang oleh Dewan Kesultanan hingga ia siap.
Kabinet - kabinet yang tersusun didalam Dewan Kesultanan meliputi Teungku Chik Di Reubee menjabat sebagai Menteri Perang, Teuku Umar sebagai Laksamana, dan Nyak Makam diangkat sebagai panglima yang mengatur urusan di aceh bab timur.
Ternyata belanda sudah menaklukkan benteng montasik yang terletak di wilayah Indrapuri yang telah dikuasai mereka. Hal itu memaksa Pemerintahan harus berpindah tempat lagi dari indrapuri ke keumala. Sultan yang telah beranjak berilmu balig cukup akal mulai mampu mengatur pemerintahannya disana. Aceh masih di dalam peperangan, diberbagai wilayah belanda masih melaksanakan upaya invansi dan aceh selalu melawan dengan mengirim pasukan kerajaannya di banyak sekali tempat. Namun apalah daya hingga belanda berhasil menculik 2 orang permaisuri Sultan dan Seorang Putra mahkota Tuanku Raja Ibrahim dan eksklusif menawannya. Ini yang dilakukan belanda biar memaksa sultan mengalah dan menururi semua impian penjajah tersebut. Belanda melalui Panglima besarnya Van der Maaten Menginginkan pertemuan dengan Sultan. Sultan eksklusif menuruti pertemuan yang dilaksanakan pada bulan januari tahun 1903 itu. Belanda yang menipu ia eksklusif menculiknya dan para pengawal. Kemudian mereka memaksa ia untuk menandatangani surat penyerahan kekuasaan darinya ketangan belanda, ia yang menentang hal tersebut eksklusif merobek kertas dengan luapan kemarahannya.
Walapun ditawan didalam rumah daerah keudah yang berada di Banda Aceh. Beliau masih mampu mengatur seni administrasi peperangan secara diam-diam dalam menghancurkan markas - markas penting belanda dan menulis sebuah surat permohonan yang ditujukan terhadap jepang biar mengusir penjajah belanda dari Aceh. Walaupun apa yang dilakukan oleh ia waktu itu secara membisu - membisu dan rahasia, belanda yang menyelidiki hal tersebut selesai mengetahui Sultan yang menjadi dalang terkait banyak runtuhan benteng pertahanan belanda dan tergeraknya jepang untuk melawan mereka, hasilnya sultan diasingkan ke Ambon maluku dan disana ia dianggap sebagai tamu kehormatan dari Aceh. Belanda yang semakin kesal dengan ia yang mendakwahkan islam di sana. mengasingkan ia ke Batavia ( jakarta ketika ini) dan diancam untuk menandatangani surat yang sama perihal pengalihan kekuasaan. Beliau yang tetap tidak oke menyerahkan Aceh ketangan penjajah hingga rela menghabiskan riwayat hidupnya mangkat di dalam jerusi besi tawanan belanda.
Sign up here with your email