Melihat Nilai Budaya Islam Di ACEH Yang Terancam Hilang Karena Era Globalisasi

- Melihat keadaan Aceh sekarang ini, sungguh sangat berbeda kalau di bandingkan dengan masa dahulu. Seperti yang dikatakan Ureung Jameun (Orang - orang terdahulu). Aceh yang dahulunya ialah sebuah kerajaan yang bergelimangan sejarah dan tahta serta di dampingi oleh adat dan Reusam yang kental dengan nilai budaya islam pada masa itu.

Melihat Nilai Budaya Islam Di ACEH Yang Terancam Hilang Karena Era Globalisasi
Istana Daruddunia merupakan salah satu bukti kejayaan aceh dengan nilai islam yang melekat di setiap lapisan masyarakatnya

Namun, semua sejarah mengagumkan dan kejayaan aceh di mata dunia tersebut kini tinggal lah sebuah dongeng yang tersebar di setiap buku - buku sejarah Aceh. Sekarang aceh tak lagi di segani dan dikenal sebagai wilayah yang memiliki nilai peradaban islam yang kental, reusam dan qanun menjadi hukum yang berpedoman kepada syari'at islam menyerupai zaman dahulu.

Generasi cowok pemudi menyerupai sekarang ini mungkin telah terbuai dengan sejarah leluhurnya yang terkesan tangguh dan heroik. Padahal itu semua hanyalah angin yang telah berlalu, atau lebih tepatnya dongeng lampau yang sudah kuno yang masih di dengung - dengungkan.

Yang paling di sayangkan, Aceh yang dulunya terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah, Tanah Para ulama dan Ambia dengan nilai dan hukum islam yang selalu di tegakkan kini terancam hilang karena pengaruh era globalisasi yang menjerumuskan setiap lapisan masyarakat khususnya generasi muda ke dalam pengaruh barat dan menjauhkan setiap orang dari agama serta terus mengikuti gaya hidup gemerlapan dan penuh dengan fatamorgana.

Pengaruh barat yang masuk dari segala penjuru membuat generasi muda terperangah dengan kenyataan hidup yang semakin modern, teknologi dengan mudah menyampaikan jalan bagi dunia luar untuk masuk dan menyampaikan gaya hidup zaman sekarang.

Akibatnya banyak dari kaula muda di aceh semakin meninggalkan hal yang berbau agama menyerupai mengaji di dayah dan pesantren, shalat berjama'ah, sehingga terlalaikan dengan teknologi zaman sekarang yang menjerumuskan menyerupai online dan menggunakan social media, menonton tv, dan lain - lain.

Itulah yang membuat pihak luar tertarik dengan menghilangkan Islam dari aceh dan menggantinya dengan paham - paham liberalis yang membuat orang semakin tertarik dan kesannya meninggalkan hal terpenting yang telah diwariskan oleh para lelurur yaitu Nilai dan Budaya Islam yang semakin lama semakin terkikis dan menipis dari waktu ke waktu.


Melihat sejarah ciri - ciri kemunduran nilai budaya Islam di Eropa yang menyerupai dengan Aceh menyerupai dikala ini

Mari kita menelaah sejarah Islam yang berada di Cicilia sebuah wilayah otonom yang terletak di italia selatan. Seperti yang telah disampaikan oleh Hasan Basri M Nur dan Ahmad Zaki dalam buku Geografi Islam yang telah dikarangnya menyerupai sangat menyerupai yang dirasakan aceh dikala ini. Sejarah kegemilangannya juga sama menyerupai aceh pada masa dahulu dikala mencicipi kejayaan dan bertahan dengan peradaban islam di sana selama 350 tahun masyarakatnya dipenuhi oleh umat muslim.

Bukti mesjid pada masa kekuasaan islam di sisilia Palermo dan mampu dilihat dengan 5 buah kubahnya yang bernuansa Arab. namun sekarang telah menjelma gereja St john of the hermit.

Pada tahun 977 Masehi, spesialis geografi islam yang berjulukan Ibnu Hauwqal di dalam catatannya Al - Masalik wa Al - Mawalik. Ia berkata di Palermo, Italia pada masa itu terdapat 300 buah Mesjid, tetapi sangat di sayangkan bahwa pada masa ia Islam tak lagi berjaya dan meninggalkan nilai sejarah yang menyatakan bahwa Islam pernah berjaya dan berkuasa di Palermo dengan eksistensi 300 buah mesjid peninggalan tersebut.


Sifat dan jawaban masyarakat dikala mendengar nilai Islam mulai terkikis di Aceh

1. Sangat Sensitif

Banyak yang sudah tahu bahwa orang aceh sangat serius mendengar kalau ada hal yang bersangkutan dengan Islam. Namun bedanya kalau dulu semua warga aceh selalu menjaga dan taat termasuk dari segi perbuatan terhadap nilai dan budaya islam, tetapi sekarang warga aceh tidak memperdulikan lagi acara yang menyangkut dengan persatuan dan ketaatannya sebagai seorang muslim untuk selalu menjaga dan tidak melanggar nilai dan budaya islam itu sendiri.

Ternyata sifat sensitif ini hanya berlaku kalau ada seseorang yang menyinggung mengenai islam dari segi pembicaraan menyerupai merasa marah kalau agama dilecehkan. Akan tetapi banyak dari kita yang sering melalaikan dan meninggalkan hal terpenting untuk menjaga fondasi dasar islam yaitu Shalat.

Justru dikala kita melihat dalam pendapat masyarakat pada umumnya, ternyata ada juga yang menyampaikan pernyataan "Walaupun kami tidak shalat, tapi kalau agama dilecehkan, mati pun kami rela”. Coba anda lihat, pernyataan menyerupai ini merupakan sesuatu hal yang abnormal bukan?, padahal terang sekali dalam agama islam bahwa shalat itu merupakan tiang agama, kalau kita tidak terlebih dahulu menanamkan tiang untuk membuat fondasi, bagaimana kita akan mampu membuat islam biar tetap kokoh dan selalu tegak?

BACA JUGA
Padahal di Aceh sangat mudah sekali menemukan daerah ibadah yang mampu kita gunakan untuk shalat menyerupai Masjid, Mushalla, Surau dll. Akan tetapi dikala waktu shalat telah tiba dan ditandai dengan berkumandangnya azan, orang - orang masih sibuk dengan acara - kegiatannya. Kelihatan sekali bahwa banyak mesjid - mesjid di aceh kosong dan hanya tersedia satu atau dua shaf saja yang shalat berjama'ah.

Ini seakan memberitahukan kepada kita bahwa mesjid dan daerah ibadah yang berdiri gagah hanya simbol bahwa aceh merupakan wilayah Islam yang dipenuhi oleh secara umum dikuasai Muslim saja.

Sekarang ini kita banyak mendengar islam mulai menampakkan diri wilayah Eropa dan negara - negara barat. Banyak orang yang sedemikian tertarik untuk mengkaji isi dan kebenaran Al - Qur'an hingga tamat banyak ilmuan dan orang - orang yang memiliki pemikiran yang kritis masuk Islam dan mendapat hidayah dari Tuhan SWT.

Bagaimana dengan kita ?

Sebagai generasi dari lelurur yang memegang jiwa teguh islam, kita seharusnya merasa bersyukur dan mengambil hidayah dari perkembangan Islam di wilayah barat tersebut. Namun kenyataan yang kita dapati hari ialah kebalikannya, banyak dari generasi aceh yang mengagumi pada kehebatan dan gaya hidup bangsa barat, sedangkan bangsa barat sangat berhasrat untuk mengkaji wacana kebenaran dan keindahan Islam.

Aceh dan barat yakni perbandingan yang absurd. Bagaimana mungkin Aceh mampu disandingkan dengan bangsa kaphee yang notabene musuh nenek-moyang orang Aceh turun temurun. Yang membuat iri dan cemburu yakni kecintaan mualaf Barat terhadap Islam. Seharusnya membuat kita sebagai orang Aceh, yang katanya Serambi Mekkah bertanya-tanya, mengapa demikian? Apa yang terjadi?

Kenapa kita tidak sadar dan mengambil kesimpulan dari kejadian menyerupai ini, seharusnya kita harus merasa khawatir kehilangan jati diri aceh sebagai wilayah islam yang telah dibangun oleh masa para pendahulu kita.

Pasalnya kita memeluk islam karena diturunkan oleh para pendahulu dan diwariskan melalui orang bau tanah kita sendiri, sedangkan mereka yang tertarik dengan islam terlebih dahulu mengkaji dan melaksanakan pertimbangan - pertimbangan yang kesannya mereka yakini bahwa islam ialah agama yang sempurna untuk mereka anut. Pasti mereka orang - orang barat lebih banyak tahu dari kita sehingga mereka menetapkan hati untuk mengkaji dan mendalami Islam.

Terlebih lagi, Islam pada dikala ini selalu di fitnah dan diperburuk citranya di mata dunia. Melalui media - media yang menumbuhkan paham - paham negatif terhadap islam, mereka menyatakan bahwa islam merupakan agama yang memiliki nilai kekerasan dan tidak berprikemanusiaan.

Dan itulah yang membuat banyak orang ingin melihat dari bersahabat bagaimana islam yang selalu mereka dengar katanya memiliki nilai kekerasan, dan tidak ada rasa takut terhadap apapun kecuali Tuhan tuhannya.

Begitulah Manusia kita selalu memiliki rasa penarasan terhadap hal yang dilarang, semakin dilarang semakin juga yang ingin banyak tahu tentangnya.

Ada juga yang berburu Al - Qur'an dan mengkajinya untuk mencari kesalahan dari kitab tersebut. Bukannya kesalahan yang ditemukan, malah mereka terpesona dengan keindahan kata dan makna dari kandungan Al - Qur'an yang membuat hati mereka luluh dan kesannya menetapkan hati untuk menjadi muslim.

Banyak sekali faktor yang membuat orang - orang di luar sana ingin mengkaji dan meneliti wacana agama Islam. Salah satunya ialah mereka telah merasa bosan dan jenuh dengan kehidupan mereka yang terlalu bebas dan tidak memiliki peraturan dan pantangan. Dari hati kecil mereka tidak menemukan ketenangan hidup dari kebiasaan yang mereka lakukan.

Alih - alih bangsa barat sudah banyak yang menghindari gaya hidup bebas dan mencari ketenangan. Malah kita yang tertantang ingin mencicipi bagaimana memiliki kehidupan yang liberal, dan hedonis tersebut.

Rasa Penasaran

Mengkaji dan mempelajari mengenai Islam akan membuat mereka memiliki rasa kedamaian, tentunya hal tersebut membuat mereka terbiasa untuk memiliki pemikiran yang terbuka untuk mempelajari dan mendapatkan hal - hal gres yang bersifat analisis dan pembelajaran. Kita lebih cenderung malas untuk menemukan hal - hal gres yang mampu dipelajari. Oleh alasannya yakni itulah Islam lebih berkembang pesat di negara - negara maju.

Prediksi mengenai benua eropa akan menjadi benua Islam terbesar di dunia pada tahun 2050 telah simpulkan. Meskipun sekarang tahun 2016 benua eropa masih memiliki penduduk minoritas muslim. Namun, awal dari prediksi tersebut sudah muncul. Jerman dan Prancis sudah memiliki penduduk muslim terbanyak di wilayah eropa barat.

Jerman yang paling menonjol dengan memiliki penduduk muslim yang sekarang sudah mencapai sekitar 4 juta jiwa, angka ini diprediksi terus naik karena dikala ini Jerman masih menampung pengungsi Muslim dari Suriah. Islam mampu saja berkembang di negara yang sebelumnya tidak mendengar wacana Islam.

Sedangkan di negara Prancis, ngka kelahiran mencapai 1,8 untuk seluruh penduduknya, namun 8,1 untuk angka kelahiran setiap keluarga Muslim. Sungguh angka yang sangat luar biasa. Mengingat menurut kajian statistik angka kelahiran di bawah 1,9 maka negara tersebut akan jatuh.

Demikianlah artikel ini saya paparkan untuk anda yang ingin Melihat Nilai Budaya Islam Di ACEH Yang Terancam Hilang Karena Era Globalisasi, semoga dapat menjadi pembuka wawasan anda mengenai Perkembangan Islam di Aceh dan Eropa. Mohon maaf kalau ada goresan pena yang membuat anda tersinggung dari saya.

Jika anda merasa puas dengan artikel yang saya sajikan, anda mampu menshare atau membagikan dengan mengklik tombol yang telah saya sediakan dibawah artikel. Terimakasih !
Previous
Next Post »